Rabu, 06 November 2013

TEORI KEBENARAN





Kebenaran dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis dan kebenaran semantis. Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan.  Sedangkan kebenaran semantis adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Adapun teori-teori kebenaran menurut filsafat adalah sebagai berikut :
A.           Teori Korespondensi
Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth) adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Kebenaran ini seutuhya berpangkal dari keadaan/kenyataan alam yang ada yang dapat dibuktikan secara inderawi oleh responden.
Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Hal ini dapat diartikan bahwa teori yang diterapkan atau dikemukakan tidak boleh bersimpangan/bersebrangan dengan kenyataan yang menjadi objek.
Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang non-empiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek.
Dalam teori ini terdapat tiga kesukaran dalam menentukan kebenaran yang disebabkan karena :
a.       Teori korespondensi memberikan gambaran yang menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing.
b.      Teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit untuk dilakukan.
c.       Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi sehingga apa yang dijadikan sebagai sebuah kebenaran tidak sesuai dengan apa yang ada di alam.
Teori ini juga dapat diartikan, bahwa kebenaran itu adalah kesesuaian dengan fakta, keselarasan dengan realitas, dan keserasian dengan situasi aktual. Sebagai contoh, jika seorang menyatakan bahwa "Kuala lumpur adalah Ibu Kota Negara Malaysia", pernyataan itu benar karena pernyataan tersebut berkoresponden , memang menjadi Ibu Kota Negara Malaysia. Sekiranya ada orang yang menyatakan bahwa "Ibu Kota Malaysia adalah Kelantan", maka pernyataan itu tidak benar, karena objeknya tidak berkoresponden dengan pernyataan tersebut, Orang Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, dan sebagian besar mahasiswa pendidikan fisika kelas B adalah perempuan.
B.     Teori Kebenaran Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Salah satu kesulitan dan sekaligus keberatan atas teori ini adalah bahwa karena kebenaran suatu pernyataan didasarkan pada kaitan atau kesesuaiannya dengan pernyataan lain, timbul pertanyaan bagaimana dengan kebenaran pernyataan tadi? Jawabannya, kebenarannya ditentukan berdasarkan fakta apakah pernyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan yang lain. Hal ini akan berlangsung terus sehingga akan terjadi gerak mundur tanpa henti (infinite regress) atau akan terjadi gerak putar tanpa henti.
Karena itu, kendati tidak bisa dibantah bahwa teori kebenaran sebagai keteguhan ini penting, dalam kenyataan perlu digabungkan dengan teori kebenaran sebagai kesesuaian dengan realitas. Dalam situasi tertentu kita tidak selalu perlu mengecek apakah suatu pernyataan adalah benar, dengan merujuknya pada realitas. Kita cukup mengandaikannya sebagai benar secara apriori, tetapi, dalam situasi lainnya, kita tetap perlu merujuk pada realitas untuk bisa menguji kebenaran pernyataan tersebut.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel, Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia; dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut. Meskipun demikian perlu lebih dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni persetujuan antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan truth is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C.
Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis. Contoh dari teori ini adalah :
Premis 1 : “Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2”
Premis 2 : “4 habis dibagi 2”
Kesimpulan : “4 adalah bilangan genap”
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
Contohnya, bila kita beranggapan bahwa semua manusia akan mati adalah pernyataan yang selama ini memang benar adanya. Jika Ahmad adalah manusia, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan mati, merupakan pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan yang kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
C.     Teori Kebenaran Pragmatis
Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau metode problem solving dalam pengajaran. Mereka akan benar hanya jika mereka berguna dan mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia (Musrida, 2010). Salah satu contoh teori ini dalam matematika adalah pada trigonometri pengukuran sudut berguna untuk menentukan arah, kemiringan bidang atau mendesain dan membuat suatu bangun ruang. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactor consequence). Oleh karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsuf Amerika tokohnya adalah Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859). Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsekuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsekuensi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuatu melalui praktek di dalam problem solving.
White (1978) dalam bukunya Truth; Problem in Philosophy, menyatakan teori kebenaran tradisional lainnya adalah teori kebenarn pragmatik. Paham pragmatik sesungguhnya merupakan pandangan filsafat kontemporer karena paham ini baru berkembang pada akhir abad XIX dan aw al abad XX oleh tiga filusuf Amerika yaitu C.S Pierce, Wiliam James, dan john Dewey. Menurut paham ini White lebih lanjut menyatakan bahwa: 
".....  an idea --a term used loosly by these philosophers to cover any "opinion, belif, statement, or what not"--is an instrument with a paticuler function. A true ideas is one which fulfills its function, which works; a false ideas is one does not."
Pragmatik atau Pragmatisme adalah ajaran mengenai pengertian, a theory of meaning, ajaran mengenai pengertian, secara pragmatik di definisikan sebagai berikut :
"Jika saya bertindak pada objek A,
Tindakan itu dilaksanakan dengan cara X,
Maka panca indera saya akan mengalami Y."
Jika kita terapkan difenisi diatas, dengan menyebut objek A dalam bentuk istilah atau nama, katakanlah "pohon". Maka rumus itu akan menjadi :
"Jika saya menjama batang pohon, maka saya akan merasakan sesuatu yang kasar" atau "keras".
Andaikata peristiwa terjadi pada musim panas:
"Jika saya berdiri diatas pohon, maka saya akan merasakan keteduhan".
Maka pragmatisme merupakan ajaran tentang pengertian, ialah pengertian suatu istilah yang terjadi okeh karena sikap dan pengalaman.
Ada 3 patokan yang di setujui aliran pragmatik yaitu:
              1.      Menolak segala intelektualisme                                          
2.      Aktualisme
3.      Meremehkan logika formal

Ø  Kriteria Kebenaran Pragmatik
    Jadi menurut pandangan teori ini bahwa suatu proposisi bernilai benar bila proposisi ini mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri. Karena setiap pernyataan selalu selalu terikat pada hal-hal yang bersifat praktis, maka tiada kebenran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab pengalaman itu berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu senatiasa berubah. Hal itu karena dalam prakteknya apa yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutmya. Atau dengan kata lain bahwa suatu pengertian itu tak pernah benar melainkan hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat dimanfaatkan  praktis.
Contohnya Ahmad ingin menjadi pengurus di sebuah organisasi politik, karena bisa untuk menambah harta kekayaan, Ahmad bersifat pragmatis, arttinya dia mau masuk ke pengurusan organisasi politik karena ada manfaatnya bagi dirinya yaitu bisa menambah harta kekayaan.

Kamis, 24 Oktober 2013


Pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam epistemologi filsafat


Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek material epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Jadi sistematika penulisan epistemologi adalah arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan dan asal-usul pengetahuan. Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?
*      Apakah mengetahui itu?
Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya dengan melalui beberapa sumber. Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain: (1). Empirisme, menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos= pengalaman), dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). (2). Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. (3). Intuisi. Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses pernalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakanhasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal. (4). Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi dan Rasul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun  tidak terjangkau oleh manusia. (5). Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Kita menerima suatu pengetahuan itu benar, bukan karena telah menceknya di luar diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas ( suatu sumber yang berwibawa, memiliki wewenang, berhak) di lapangan. Dengan beberapa sumber pengetahuan kita bisa mengetahui segala sesuatu.
*      Apakah yang merupakan asal-usul pengetahuan itu?
Asal-usul pengetahuan  termasuk hal yang sangat penting dalam epistemologi. Untuk mendapatkan bagaimana pengetahuan itu muncul (berasal) bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan dan bisa dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana diberfikir ilmiah. Dari mana pengetahuan itu berasal dan apa yg diyakini sebagai kebenaran bisa dilihat dari aliran dalam pengetahuan.  Dari aliran ini tampak jelas bagaimana pengatahuan itu berasal. Aliran itu yakni :
Ø  Rasionalisme. Sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal).
Ø  Empirisme. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang lahiriah.
Ø  Kritisme. Paham yang mengutamakan kegiatan non-taklid buta terhadap segala hal.
Ø  Positivisme. Segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan.
Ø  Metode Ilmiah. Metode ilmiah yg bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sintesis merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis. Metodenon-deduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan induksi.
Ø  Metode Penyelidikan Ilmiah. Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode vertical atau yang berbentuk garis lempeng atau metode linier.
Ø  Sarana Berfikir Ilmiah. Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami, ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya.Bahasa alami dibedakan atas dua macam, yakni bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan, ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan  pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Secara umum bahasa memiliki tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik.
*      Bagaimana Cara Kita Mengetahui Apabila Kita Mempunyai Pengetahuan?
Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang  sesuatu. Jadi, pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati. Menurut Bahm kita bisa mengetahui kalau kita mempunyai pengetahuan dengan beberapa cara yaitu.
Ø  Mengamati (observes). Pikiran berperan dalam mengamati obyek-obyek.
Ø  Menyelidiki (inquires). Dalam penyelidikan minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk terlibat kedalam pemahaman pada obyek-obyek.
Ø  Percaya (believes). Sikap menerima sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan, dinamakan kepercayaan.
Ø  Hasrat (desires). Hasrat muncul dari kebutuhan jasmani (nahfsu makan, minum, istirahat, tidur) hasrat diri (keinginan pada obyek, kesenangan).
Ø  Maksud (intends). Kendatipun memiliki maksud ketika akan mengopservasi, menyelidiki, mempercayai, dan berhasrat.
Ø  Mengatur (organizes). Setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri seseorang.
Ø  Menyesuaikan (adaps). Menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan.
Ø  Menikmati  (enjoys). pikiran-pikiran tentang pengetahuan mendatangkan keasyikan.
*      Bagaimana Cara Kita Membedakan Antara Pengatahuan Dengan Pendapat?
Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang  sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuanya adalah yang terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Maka pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk ingin mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati. Sedangkan Pendapat merupakan pernyataan yang keluarkan oleh seseorang secara pribadi yang telah didukung oleh teori dan fakta yang telah dibuktikan secara rasional berkenaan dengan pengkajian konsep dan pengandaian-pengandaian tapi belum dibakukan.
*      Apakah Yang Merupakan Bentuk/Corak Pengetahuan Itu?
Menurut Soejono Soemargono (1983), ada 2 jenis pengetahuan, antara lain : (1). Pengetahuan non-ilmiah, yaitu Segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai obyek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. (2). Pengetahuan ilmiah, yaitu senenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan mengunakan metode ilmiah. Menurut Plato dan Aristoteles. Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan berdasarkan karakteristik objeknya, yaitu :
Ø  Pengetahuan khayalan (eikasia). Pengetahuan yang obyeknya berupa bayangan atau gambaran.
Ø  Pengetahuan pistis (pistis). Pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
Ø  Pengetahuan matematik (dianoya). Tingkatan yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau obyek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimna cara berfikirnya.
Ø  Pengetahuan filsafat (noesis). Berfikir tanpa mengunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak.
*      Bagaimana Manusia Dapat Mengetahui Sesuatu?
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting. Alat untuk mengetahui pengetahuan ada 6 yaitu :
Ø  Pengalaman indra (sense experience). Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
Ø  Nalar (reason). Salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.
Ø  Otoritas (authority). Kekuasaan yang syah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
Ø  Intuisi (intuition). Kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan untuk membuat peryataan yang berupa pengetahuan.
Ø  Wahyu (revelation). Wahyu merupakan salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
Ø  Keyakinan (faith). Kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
*      Bagaimana Pengetahuan Itu Dapat Diperoleh?
Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang ilmu pengetahuan. Ilmu dapat kita peroleh dengan beberapa cara di antaranya
Ø  Prasangka. Adalah suatu kemungkinan atau dugaan terhadap sesuatu yang belum tentu benar.
Ø  Intuisi. Adalah suatu pendapat yang tiba-tiba muncul tanpa dipikir secara logis dan analisis.
Ø  Trial and error. Adalah coba-coba, untung-untungan yang hasilnya belum tentu benar.
Menurut Charles Price ada 4 macam cara memperoleh pengetahuan diantaranya (1). Percaya. Seseorang akan mendapat pengetahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar. (2). Wibawa. Sesuatu akan dianggap benar, apabila seseorang yang berwibawa mengatakan benar. (3). Apriori. Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengatahui (melihat, mendengar, menyelidiki) keadaan tertentu. (4). Metode ilmiah, sesuatu dianggap ilmiah apabila memiliki patokan yang merupakan rambu-rambu untuk menentukan benar atau salah. Ada dua pokok untuuk memperoleh pengetahuan yaitu (a). Empiris, yaitu pengetahuan yang disusun berdasarkan peda pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yang abstrak, namun diperoleh melalui pengalaman yang konkrit. (b). Rasionalisme, yaitu suatu cara yang didasarkan pada suatu rasio. Pandangannya menyatakan rasio merupakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran.
*      Bagaimana Validitas Pengetahuan Itu Dapat Dinilai?
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Disini, pernyataan ilmiah bererti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji, dengan metode empiris dengan berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.
Falsifiabilitas, merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.


Minggu, 06 Oktober 2013

PERBEDAAN GAYA BELAJAR AUDITIF, VISUAL, & KINESTESIK
 
Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang belajar sendiri, belajar kelompok, belajar dengan melihat, mendengar, atau mengerjakan sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahami dengan baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita. Tentu ada baiknya kita terlebih dahulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya tipe belajar kita.  Pengetahuan tentang tipe gaya belajar yang paling pas buat kita, akan membuat kita mampu menyerap materi-materi yang kita pelajari dengan efektif dan efisien. Ada beberapa tipe gaya belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita ikuti bila memang kita merasa cocok dengan gaya itu.

11.    Gaya Belajar Auditif ( Auditory Learners)

Gaya belajar auditif adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran. Kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung. Ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Merekam penjelasan guru/penceramah untuk didengarkan kembali, melakukan wawancara atau diskusi adalah cara belajar yang tepat untuk tipe ini.
Siswa yang bertipe auditif mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga, untuk itu guru sebaiknya memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditif dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakana. Anak auditif dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditif laiinnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi siswa auditif mendengarkannya. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

22.    Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Jika anda senantiasa membutuhkan visualisasi tentang sesuatu yang tengah anda pelajari, misalnya dengan menggunakan slide, gambar, bagan, tabel, dan sebagainya, kemungkinan besar anda memiliki gaya belajar visual. Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat bukti terlebih dahulu, baru bisa meyakininya. Orang yang memiliki gaya belajar seperti ini biasanya memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna dan juga peka terhadap segala sesuatu yang artistik.
Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/dititikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detail-detailnya untuk mendapatkan informasi.
Jika anda memiliki tipe belajar seperti ini, jangan segan-segan untuk membeli berbagai peralatan belajar yang menekankan pada visualisasi, seperti VCD, poster-poster, stiker, dan sebagainya. Ini akan sangat membantu anda dalam memahami berbagai permasalahan yang ingin anda ketahui.

33.  Gaya Belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners)

Orang yang memiliki gaya belajar semacam ini, harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya. Orang dengan tipe belajar seperti ini memiliki berbagai karakter, pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama. Kedua, hanya dengan memegang ia bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjalasannya. Ketiga, mereka adalah orang yang tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Oleh karenanya, keempat, mereka bisa merasa belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. Kelima, orang-orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Belajar dengan praktek langsung di laboratorium, observasi langsung dilapangan juga penggunaan komputer akan membantu proses belajar tipe ini.